JOMBANG.KABARDAERAH.COM-Inilah Kuatnya toleransi beragama dalam lingkup satu Dusun, memegang kekuatan dalam kebersamaan saling menghormati. inilah yang membuat Dusun Ngepeh sering jadi jujugan studi banding beberapa organisasi keagamaan, Bahkan menjadi obyek penelitian beberapa perguruan tinggi di Indonesia.
Pasalnya di Kecamatan yang berbatasan langsung dengan kediri dan Kota Batu ini, ada sebuah Dusun yang turun temurun memegang sikap saling menghormati kepada para tetangga yang notabene memeluk agama non muslim.
Disini tidak hanya umat islam saja, melainkan ada warga umat nasrani serta warga umat hindu , yang hidup dalam satu dusun. bayangkan untuk masalah tempat ibadah saja, mereka membangunnya hampir berdekatan, jaraknya lumayan kurang lebih 100 meteran.
Kami mencoba menggalih informasi kepada Kepala Desa Ngepeh , saat kami datang minggu pagi (27-01-2019), subhanalloh saya mendapati dua warga non muslim yang akan beribadah yang satu ke pura, dan satunya ke gereja.
Setibanya di rumah Kepala Dusun Ngepeh, Sungkono ia mengatakan, di dusun yang ia mimpin memang terdapat tiga umat beragama yaitu Islam, Kristen, dan Hindu. Menurutnya, sejak lama tiga umat beragama ini mampu tumbuh dan hidup dengan sangat toleran.
“Jaman nenek moyang, tiga agama ini sudah ada di Ngepeh. Tidak tahu ceritanya dulu bagaimana kok bisa hidup bersama,” ucapnya , minggu pagi (27-01-2019).
Kerukunan umat beragama di Dusun Ngepeh lanjut Sungkono juga sangat kuat, meski ada beberapa peristiwa konflik atas nama agama yang terjadi di Indonesia. “Saat terjadi peristiwa 98 pun, masyarakat Dusun Ngepeh tidak terpengaruh. Begitu juga dengan peristiwa SARA lainnya, disini tetap hidup rukun dan damai “.
“Mereka yang Kristen atau Hindu, tak pernah merasa terganggu dengan speaker (pengeras suara, Red) masjid. Warga muslim juga tak pernah risih dengan adanya kebaktian di gereja dan sembahyang di pura,” imbuh Sungkono.
Bahkan dalam urusan makam pun, umat Islam dan Kristen di Dusun Ngepeh ini sepakat menggunakan satu lahan. “Makam satu lokasi, tidak ada perbedaan antara Islam dan Kristen. Ketika ada warga Kristen meninggal, warga Islam juga ikut mengantarkan ke makam. Ini sudah tradisi di dusun kami,” pungkasnya.
Sementara jumlah penduduk di Dusun Ngepeh kurang lebih 1.500 jiwa. Untuk masyarakat yang beragama Kristen, terdapat kurang lebih 80 jiwa. Sedangkan yang beragama Hindu terdapat kurang lebih 60 jiwa. Sisanya adalah masyarakat Muslim.
salah satu warga Ratna ia menjelaskan, ” memang bentuk toleransi beragama di Dusun Ngepeh ini terlihat sangat kuat bahkan dalam hal-hal yang sangat kecil. Salah satu contohnya, warga bergama Hindu dan Kristen hampir tak pernah absen ikut iuran konsumsi saat ada jadwal pengajian di Masjid Quba. Mereka justru merasa tersinggung, jika takmir masjid tidak memberi tahu kalau ada pengajian di masjid, ” terangnya.
Sementara, H.Muhammad Ali Anshori mengaku ini yang unik dari warga Hindu dan Kristen di Dusun Ngepeh, ada tarikan (iuran, Red) nasi kotak untuk pengajian mereka selalu ikut. Guyonannya kepada kami, meski non muslim mereka juga menyebut sebagai warga Nahdlatul Ulama,” kata Ketua Takmir Masjid Quba , saat kami temui minggu pagi.
Tak hanya aktif berpartisipasi menyumbang konsumsi pengajian, warga non muslim di Dusun Ngepeh juga sering membantu warga ketika ada kegiatan peringatan hari besar Islam (PHBI). Mulai dari meramaikan takbir keliling menyambut Idul Fitri, hingga terlibat sebagai panitia hari raya Idul Adha. “Mereka justru tersinggung kalau tidak diajak,” lanjutnya.
Untuk warga muslim, menurut Ali juga sering terlibat dalam pengamanan gereja ketika hari raya Natal atau hari besar lain. “Warga muslim juga sering jaga parkir kendaraan umat Hindu yang sembahyang di pura,” pungkas Muhammad Ali.
(Joko.S)