Bondowoso,KABARDAERAH-Kapolres Bondowoso,AKBP Taufik Herdiansyah Zeinardi mengatakan,dengan kebersamaan masyarakat,maka tidak akan ada cela bagi faham Radikalisme dapat berkembang ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk
Hal itu ia sampaikan saat setelah acara Fokus Grup diskusi (FGD) lawan hoax dan radikalisme, yang diselenggarakan oleh Polres dan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Bondowoso di Cafe Bunga Pelita 888, Jalan Pelita Tamansari Bondowoso, Senin (28/05/2018)
lebih lanjut, Taufik menyempaikan dalam melawan dan mencegah paham radikalisme yang saat ini mulai berkembang, tentu sangat memerlukan pelibatan seluruh elemen masyarakat
“Baik itu tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh-tokoh lintas agama,”ungkapnya
Kata Taufik, dalam menanggulangi paham radikisme, polres Bondowoso melakukan pendekatan persuasif kepada seluruh elemen masyarakat, dengan cara bersilaturahmi dengan tokoh lintas agama, memberikan pemahaman-pemahaman terhadap masyarakat melalui kegiatan bimbingan keagamaan, penyuluha dan FGD
Selain itu, kata Taufik, polres Bondowoso selalu berkomunikasi dengan tokoh-tokoh pondok pesantren, kiai, santri, ustazd, komunitas-komunitas
Sementara, ditempat yang sama Dr H Syaeful Bahar, Dewan Pendidikan Bondowoso saat menjadi narasumber mengatakan, bahwa faham radikalisme terjadi akibat kesalahan memilih guru dalam belajar agama islam
“Mereka yang berfaham radikal banyak belajar dari internet melalui facbook dan yutube,”ungkapnya
Selain itu menurut Bahar, kelompok-kelompok mereka belajar islam melalui cara-cara doktrin, jika kelompok mereka belajar agama islam tentu pertama kali yang diajarkan materi jihad, justru sangat berbeda belajar islam dengan yang ada di pondok-pondok pesantren, santri belajar islam disana terlebih dahulu di ajari ilmu faqih, ilmu tentang cara bersuci sehingga tidak ada satupun pesantren NU di Indonesia yang mengajarkan faham radikalisme
Lebih lanjut, Bahar menjelaskan, akibat kesalahan belajar islam karena salah memilih guru maka akan berakibat fatal dan akan berakibat mengarah kepada faham ke islamam yang radikal
“Jika ingin belajar islam agar tidak Radikal, cukuplah belajar kepada NU dan Muhammadiyah, karena kedua ormas islam ini punya sejarah kontribusi besar terhadap kemerdekaan Indonesia,”jelasnya
Katanya, justru sangat berbeda dengan aliran-aliran islam radikal di Indonesia yang tidak mempunyai kontribusi besar terhadap sejarah perjuangan bangsa, seperti HTI
Selain itu Ridwan Arif, ketua relawan teknologi informasi dan komunikasi (RTIK) Bondowoso menyampaikan, bahwa faham radikalisme yang banyak menggunakan media dan kemajuan teknologi, maka Kominfon perlu melakukan upaya pencegahan melalui mengontrol penuh konten-konten yang ada di internet, khususnya konten yang berisi ajaran atau faham radikalisme
“Ia kalau perlu, kominfo harus memblokirnya terhadap situs-situs yang mencurigakan dan mengandung ajaran faham radikal,”katanya
Selain itu, lanjut Ridwan, Kominfo harus mengupayakan untuk menciptakan alat untuk dapat melakukan filterisasi terhadap konten-konten yang ada di internet baik itu youtube, twitter, facebook dan media yang lainnya dimana kelompok-kelompok radikal dapat menyebarkan ajaranya.(rul)