Memasuki Musim Kemarau, 64 Desa di Bangkalan Disinyalir Rawan Kekeringan

Ilustrasi

BANGKALAN.KABARDAERAH.COM – Pada musim kemarau kali ini, sedikitnya ada 64 Desa yang tersebar di 18 Kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Madura disinyalir rawan kekeringan bahkan kekurangan Air.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangkalan, Rizal Morris melalui riliase tertulisnya, Minggu (16/7).

“Dari sebanyak 64 desa yang terdata rawan kekeringan dan kekurangan air bersih ini, sebanyak 25 desa di antaranya mengalami kekeringan kritis, sehingga harus mendapatkan perhatian serius Pemkab Bangkalan,” tuturnya.

Kata Rizal, data desa rawan kekeringan dan kekurangan air bersih saat kemarau itu berdasarkan data pada tahun sebelumnya.

“Jadi, setiap kemarau, sudah bisa dipastikan desa-desa ini yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih,” ujarnya.

Masih kata Rizal, berdasarkan hasil prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di Kabupaten Bangkalan termasuk di wilayah Jawa Timur, akan terjadi hari tanpa hujan yang akan berlangsung dalam beberapa pekan kedepan.

Rizal menegaskan, pihaknya perlu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mempersiapkan bantuan ke desa-desa yang biasa dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih.

Ia merinci, ke-25 desa dari 11 kecamatan yang kini mulai dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih itu yakni Kecamatan Kokop, Konang, Geger, Tanjung Bumi, Sepuluh, Kelampis, Arosbaya, Tragah, Tanah Merah, Galis dan Kecamatan Kwanyar.

Berdasarkan prakiraan dari BMKG, 60 hari kedepan untuk di kabupaten Bangkalan dinyatakan hari tanpa hujan.

Untuk mengatasi hal itu, Rizal mengaku, sudah mengirim surat edaran kepada para camat agar dapat mengkondisikan para kepala desa dan tokoh masyarakat untuk segera melaporkan jika butuh penanganan cepat di desa yang terjadi kekeringan seperti bantuan pendistribusian air bersih.

“Kami juga menghimbau kepada masyarakat pada musim kemarau agar tidak melakukan pembakaran sampah dan pembersihan lahan dengan cara di bakar dan langsung di tinggal karena berpotensi terjadi dampak yang lebih luas,” ujarnya.

Kepala BPBD Pemkab Bangkalan lebih lanjut menjelaskan, ada dua kategori kekeringan di Bangkalan, yakni kritis dan langka.

Kekeringan kritis itu, antara lain pemenuhan air di dusun itu mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Hanya itu untuk kebutuhan air minum dan memasak dengan jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air sejauh tiga kilometer lebih.

Sementara itu, untuk kategori kekeringan langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang per hari, dengan jarak yang ditempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sejauh setengah hingga tiga kilometer.

“Saat ini kami telah membentuk posko di kantor BPBD Pemkab Bangkalan ini untuk mengatasi masalah kekeringan dan kekurangan air bersih, serta berbagai persoalan yang biasa terjadi selama kemarau,” pungkasnya.

(S.A/S.A)

Tinggalkan Balasan