OPINI  

Manajemen Konflik dalam Rekayasa Politik

Oleh: Ayopri Al Jufri*

Dalam setiap ambisi kepentingan menguasai atau memonopoli kekuasaan, maka tidak jarang kita temukan sebuah fenomena-fenomena yang terkesan konflik di tataran sosial. Konflik yang terjadi sebetulnya bukan tanpa sebab ada, itu ada yang merekayasa atau dalang di baliknya. Tidak jarang sebuah peristiwa rekayasa konflik atau juga dikenal dengan konspirasi politik terungkap setelah beberapa waktu berlalu, bisa sehari setelahnya, atau sebulan setelahnya atau bahkan setahun setelahnya, bisa jadi setelah puluhan tahun baru terungkap.

Jujur, penulis saat menuliskan ini banyak tahu akan beberapa rahasia dalam operasi intelijen, karena ada beberapa teman penulis yang bekerja sebagai intel, namun saya tidak bisa sebut dia sebagai intel apa, agar kode etik jurnalistik terjaga. Pemahaman kita tentang intelijen telah banyak dalam beberapa film internasional dan juga film lokal tingkat nasional.

Kasus yang menjerat Ahok misalnya, ada yang mencurigai itu merupakan bagian rekayasa oknum, juga lengsernya Soekrano dan GusDur (KH. Abdurrahman Wahid Presiden ke 4 RI) dari tampuk kekuasaan presiden juga merupakan rekayasa yang sengaja di buat agar yang berkuasa lengser dengan cara yang tidak hormat, fitnah buloggate dan brunaigate yang di tuduhkan kepada GusDur semasa menjadi presiden merupakan tuduhan tanpa dasar dan sampai sekarang itu tidak terbukti secara hukum bahwa Gus Dur bersalah. Dapat disimpulkna sementara, GusDur lengser dari kursi presiden murni rekayasa politik dari oknum-oknum yang haus akan kekuasaan dan ingin cepat menggantikan GusDur. Keseimpulan penulis ini bukan tanpa dasar, hal ini telah diakui langsung oleh GusDur dalam sebuah wawancara Kick Andy di Metro TV sekitar tahun 2009, GusDur secara gamblang menyebut nama-nama orang yang terlibat dalam pelengserannya, dan hal itu tidak dibantah oleh oknum yang disebut oleh Gus Dur.

Di kancah internasional, Para penikmat berita tentu juga tahu siapa Wikileaks. Nama itu belakangan sangat tenar mengingat beberapa bocoran informasi rahasia yang ia ungkap ke publik, misalnya berita terkait bocoran Proyek Nuklir Iran. Seperti yang telah banyak kita ketahui, ternyata banyak sekali para pemimpin negara-negara timur tengah yang khawatir dengan proyek mega besar milik negara bekas Persia tersebut. Bahkan Raja Saudi Arabia king Abdullah secara rahasia telah berdiplomasi dengan pemerintah Amerika Serikat untuk menyelesaikan masalah nuklir ini.

Kedua, berita bocoran tentang Politik Diplomat Amerika untuk memusuhi para pemimpin dunia. Dalam beberapa forum dunia dikemukakan bagaimana perlakuan para diplomat Amerika dalam menyerukan suaranya terkait dengan figur tokoh-tokoh dunia. Suara para diplomat ini seolah-olah ingin sekali memusuhi para tokoh penting dunia. Sudah banyak sekali pemimpin dunia yang secara tegas telah disindir oleh para diplomat Amerika seperti presiden Sarcozy, Silvio Berlusconi, hingga Moamar Gadhafi.

Runtuhnya pemerintahan Saddam Husein di Irak dan Moamar Gadhafi di Libiya juga merupakan operasi intelijen yang senagaja di buat oleh Amerika dalm menciptakan konflik. Bahkan ada tuduhan juga, peristiwa Gerakakan 30 September pemberontakan PKI di Indonesia yang mewaskan 7 Jenderal dan perwira tinggi TNI AD juga dicurigai sebagai gerakan yang diciptakan oleh agen intelijen Amerika dalam melengserkan presiden Soekarno dari kursi kekeuasanaanya, dan hal itu terbukti, tidak berlangsung lama Bung Karno lengser dari kusi presiden.

Isu terbaru akhir-akhir ini di masa pemerintahan presdien Joko Widodo adalah isu tentang bagkitnya partai terlarang PKI. Isu itu sangat santer, bahkan ada yang menuduh secara spesifik pemerintahan Jokowi di dalangi oleh PKI. Sangat panas info-info yang beredar di media sosial seperti facebook misalnya, banyak oknum menuduh pak Jokowi keturunan PKI, ada juga tuduhan pak Jokowi nasabnya tidak jelas siapa orangtuanya. Hal itu terlihat beberapa waktu lalu saat Kahiyang menikah ada sebuah meme gambar yang menampilkan sebuah pertanyaan kemana nenek berada? Dan di sebelah bawahnya tertulis, saya (gambar ibu Jokowi Sujiatmi) kabur karena kontrak telah habis, gambar itu secara jelas menuduh keluarga pak presdien berbohong dalam hal silsilah, lagi-lagi itu merupakan sebuah rekayasa untuk menggiring opini agar harkat dan martabat nama baik tokoh tercoreng.

Pernah dengar nama Christiaan Snouck Hurgronje atau dikenal dengan nama Snouck Hurgronje? Bagi pembaca sejarah Indoensia nama itu tidak asing lagi, dia sarjana Belanda budaya oriental dan bahasa serta Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia). ia menjadi mahasiswa teologi di Universitas Leiden pada tahun 1874. Ia menerima gelar doktor di Leiden pada tahun 1880 dengan disertasinya ‘Het Mekkaansche feest’ (“Perayaan Mekah”). Ia menjadi profesor di Sekolah Pegawai Kolonial Sipil Leiden pada 1881.  Snouck, yang fasih berbahasa Arab, melalui mediasi dengan gubernur Ottoman di Jeddah, menjalani pemeriksaan oleh delegasi ulama dari Mekkah pada tahun 1884 sebelum masuk. Setelah berhasil menyelesaikan pemeriksaan diizinkan untuk memulai ziarah ke kota suci muslim Mekkah pada 1885. Di Mekkah, keramahannya dan naluri intelektualnya membuat para ulama tak segan membimbingnya. Dia adalah salah satu sarjana budaya Oriental Barat pertama yang melakukannya.

Sebagai wisatawan perintis, ia adalah orang langka asal Barat yang berada di Mekkah, tetapi memeluk budaya dan agama dengan penuh gairah sehingga ia berhasil membuat kesan kepada orang-orang bahwa ia masuk Islam. Dia mengaku berpura-pura menjadi Muslim (hipokrit) seperti yang ia jelaskan dalam surat yang dikirim ke teman kuliahnya, Carl Bezold pada 18 Februari 1886 yang kini diarsipkan di Perpustakaan Universitas Heidelberg.

Pada tahun 1889 ia menjadi profesor Melayu di Universitas Leiden dan penasehat resmi kepada pemerintah Belanda untuk urusan kolonial. Dia menulis lebih dari 1.400 makalah tentang situasi di Aceh dan posisi Islam di Hindia Belanda, serta pada layanan sipil kolonial dan nasionalisme. Sebagai penasehat J.B. van Heutsz, ia mengambil peran aktif dalam bagian akhir (1898-1905) Perang Aceh (1873-1913). Dia menggunakan pengetahuannya tentang budaya Islam untuk merancang strategi yang secara signifikan membantu menghancurkan perlawanan dari penduduk Aceh dan memberlakukan kekuasaan kolonial Belanda pada mereka, mengakhiri perang 40 tahun dengan perkiraan korban sekitar 50.000 dan 100.000 penduduk tewas dan sekitar satu juta terluka. Jadi dapat disimpulkan bahwa Snouck Hurgronje merupakan figur inetelktual yang sengaja diciptakan oleh Belanda untuk belajar tentang Islam dan dia berhasil meyakinkan ulama di timur tengah sehingga dia banyak mendapat gelar akademik, tujuannya hanya satu yaitu agar belanda dengan mudah menaklukkan pejuang di bumi nusantara dengan keahlian Snouck, namun hal itu tidak berhasil keseluruhan, beberapa rentetan kegagalan strategi yang di susun oleh Snouck mengalami kegagalan kemudian dia minim kepercayaan dari pemerintahan belanda yang pada akhirnya dia harus pulang kampung ke negerinya di belanda.

Dari kisah Snouck Hurgronje, dapat kita pahami bersama, bahwa  dalam sebuah konflik yang terjadi itu memag ada actor inteletualnya, atau jaman sekarang lebih di perhalus dengan istilah konsultan politik, konsultan itu bukan hanya mengatur strategi pemenangan dalam hal politik, dia juga harus cerdas dalam menggiring opini agar bisa melengserkan sebuah kekuasaan, tentu tulisan saya ini tidak mendiskreditkan secara khusus para profesi konsultan, tulisan ini hanya untuk menyajikan berita, bahwa di balik sebuah konflik ada actor pemain yang lihai dalam meggerakkan massa atau isyu. Kenapa saya banyak tahu tentang hal itu? Jawabannya karena saya pernah jadi mahasiswa  dan saya pernah jadi aktifis di lapangan, dalam demontrasi misalnya, itu ada oknun yang menggerakkan bahkan ada yang membiayai, tanpa adanya unsur kepentingan sulit sebuah aksi terlaksana. Pemahaman saya, aksi bela Islam selain ada bebepa masyarakat yang memang secara pribadi kesal terhadap beberapa perkataan Ahok yang terkasan kurang sopan dan sering berkata yang kurang etis di depan publik, tentu ada oknum penggerak masa dalam melakukan aksi hingga berjilid-jilid ke Jakarta. Sangat mustahil sebuah aksi tanpa ada yang menggerakkan. Masyarakat tanpa ada yang mengkoordinir tidak mungkin akan datang berkumpul tanpa sebab, kalaupun ada oknum yang datang dengan biaya sendiri itu mugkin hanya sebuah tindakan untuk berselfy ria saja.

Jadi jelas, dalam sebuah politik manajemen konflik dam rekayasa politik itu ada, terlepas dari beberapa modus, apakah itu modus kritikan semata atau modus ekstrim hingga pelengseran sebuah kekuasaan, tentu harapan penulis menyajikan tulisan ini, karena tahun sekarang merupakan tahun penantian tahun politik, yaitu tahun 2018 ajang pemilihan kepala daerah serentak, dan tahun 2019 adalah pemilihan umum legislatif dan presiden. Harapan saya tahun depan ini tidak terjadi konflik horizontal yang di sebabkan adanya  gesekan dari berbagai kepentingan kelompok yang bersaing, dan harapan kedua para calon diharapkan bersaing dengan sehat tanpa saling menjatuhkan secara ekstrim calon lain. Politiklah secara elegan dan santun, faktor keterpilihan itu tidak semata-mata karena adanya korban yang harus berjatuhan, keterpilihan itu karena nama calon yang diusung memang cocok dalam pandangan masyarakat, curang dalam pemilihan itu merupakan faktor yang sangat kecil, telah bayak bukti tentang kecungan yang terorganisir justru di kalahkan oleh calon yang bermain dengan kekuaatan masyarakaat murni, telah banyak bukti calon incamben juga kalah oleh calon yang baru muncul, adu program itulah persaingan yang sangat elegan dalam berpolitik, bukan dengan cara pembunuhan karakter calo lain. Selamat menyambut PEMILU, semoga pilihan kita sesuai hati nurani masing-masing.

* Profil Penulis :  Ayopri Al Jufri