Prosesi Jamasan Pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas, Warisan Budaya Adiluhung

 

JATIM.KABARDAERAH.COM. TULUNGAGUNG – Prosesi Jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas, merupakan agenda rutin tahunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tulungagung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, yang digelar pada setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa, yang tahun ini jatuh pada hari Jumat Pon tanggal 11 Suro 1955 atau 11 Muharam 1443 H.

Pada prosesi jamasan pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas, yang merupakan pusaka kebanggaan Kabupaten Tulungagung, diawali dengan penyerahan air suci dari sembilan mata air di wilayah Tulungagung, yang dibawakan oleh dayang dengan iringan kesenian tradisional Reog Kendang. Air suci tersebut diterima oleh Bupati Tulungagung untuk memandikan Pusaka Tombak Kanjeng Kiai Upas. Selanjutnya, Tombak Kyai Upas dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan dibawa oleh Forkopimda Tulungagung ke tempat jamasan.

Dalam prosesi jamasan pusaka tersebut diiringi bacaan surat Yasin dan Tahlil dengan iringan gamelan.Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, masyarakat sekitar hanya bisa melihat dari luar pagar tempat prosesi Jamasan, di halaman kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tulungagung. Jum’at, (20/8/2021).

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung, Bambang Ernawan, prosesi jamasan tombak Kiai Upas untuk mengenang sejarah sekaligus untuk melestarikan warisan budaya adiluhung yang ada di Tulungagung.

“Jadi yang pertama, ini sudah merupakan program nasional dari pusat bahwa jamasan ini juga termasuk keragaman budaya. Kemudian terkait pengelolaanya perlu diberdayakan dan ditumbuh kembangkan serta harus dilestarikan,” ucapnya.

Usai prosesi Jamasan, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo, saat diwawancarai awakmedia mengatakan bahwa, secara historikal atau sejarahnya, dulu Bupati Tulungagung awal R.M. Pringgo Koesoemo, yang membawa pusaka Tombak Kiai Upas. Dimana pusaka tersebut merupakan pusakan andalan kabupaten Tulungagung.

Dalam kesempatan tersebut Bupati Maryoto Birowo juga menuturkan bahwa, Tombak Kanjeng kiai Upas ini adalah merupakan yang memperkuat spirit mental pada pejabat waktu dulu Bupati Tulungagung ke – 4 yakni RM Pringgo Koesoemo dan turun temurun sampai Bupati saat ini.

“Pusaka ini juga merupakan salah satu bentuk komando kepercayaan dari kerajaan Mataram kepada Kadipaten Ngrowo yang kemudian beralih jadi Kabupaten Tulungagung,” terangnya.

Terkait pelaksanaan prosesi jamasan kali ini, Bupati mengakui bahwa ada hal yang berbeda dari pelaksanaan sebelumnya.

“Sebelum masa pamdemi, tujuh jenis air yang digunakan untuk jamasan diarak dari luar dengan pasukan Sakbergodo atau satu kesatuan yang diiringi kesenian tradisional, tetapi karena saat ini era pandemi, kali ini dilakukan secara sederhana, dikarenakan saat ini dalam masa pandemi covid-19. Hal ini untuk menjaga protokol kesehatan yakni 5M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas, tamu undangan juga dibatasi. Namun pelaksanaan kali ini juga bisa berjalan lancar dan khidmad,” pungkasnya.

Dalam prosesi jamasan pusaka Tombak Kiai Upas tahun ini, turut dihadiri ketua DPRD Tulungagung, Marsono, Sekda Tulungagung Drs. Sukaji, M.Si.,Dandim 0807 Letkol Mulyo Junaidi, dan Wakapolres Tulungagung Kompol Christopher Lebang, serta OPD dilingkup Pemkab Tulungagung.

Pewarta_ Agus

Tinggalkan Balasan