OPINI  

Bondowoso Bangkit Di 2018

Foto: Dasuki Aufklarung*

Bondowoso.Opini, kabardaerah.com- Tulisan saya ini bukan untuk memberi legitimasi postingan akun atas nama Refi Harun di grup facebook baik di SRB dan BOM yang direposting oleh sahabat Suheri digrup Distira salah satu dosen STAI AT-Taqwa kampus suasta Bondowoso. Tentu postingan itu sangat sarkastik, provofokatif, dan juga mengandung unsur menjastis. Posting yang sangat sensitif tersebut pelakunya harus mendapat imbalan setimpal karena melakukan provokasi, fitnah dan ujaran kebencian. Tetapi saya merenung sampai tadi malam atas dasar apa pernyataan status saudara pemilik posting dengan nama Refi didalam akun facbooknya menyusun premis-premis itu, apakah dia punya data atau hanya opini yang mendekati fakta.

Refi mengatakan didalam postingannya berdasarkan akal awam meski yang nulis bersatus mahasiswa Unej, tetapi pernyataan-pernyataannya tentu menampar banyak orang. Status Refi bisa benar atau malah palsu, karena status bisa dibajak oleh siapapun.

Provokasi-provokasi musiman seperti itu sering terjadi apalagi Bondowoso akan melaksanakan transisi kepemimpinan pada tahun 2018 mendatang. Refi lupa kampus swasta di Bondowoso juga disetarakan seperti kampus Universitas Jember. Tetapi saya masih apresiasi dengan para aktivis – aktivisnya, hanya saja mereka kurang mendapat momentum karena kuatnya struktur kuasa yang menghegemoninya. Tentu aktivis Bondowoso tampa tulisan Refi mereka sudah gelisah dengan sendirinya melihat kuatnya dominasi kekuasaan.

Bondowoso tampa sosial control yang kuat tidak akan banyak perubahan-perubahan yang signifikan bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya baik Jember, Banyuangi, Probolinggo, dan Situbondo. Saya yakin Bondowoso bisa bangkit jika seluruh elemen sadar akan potensi daerah dan mau berupaya membangun Good Govermance diseluruh lini kehidupan. Rapor merah dari Presiden sebagai kota tertinggal sudah menjadi referensi bagi masyarakatnya untuk banyak berkontemplasi tentang siapa kedepan yang layak menjadi nahkoda kapal pemerintahan, dan yang dapat menyelamatkan Bondwoso dari arus Gelombang zaman.

Bondowoso saat ini berhasil menjadikan daerahnya sebagai kota yang penuh dengan nuansa religius. Hubungan vertikal kepada tuhan (Ibadah Mahdah) sebagai modal dasar membangun daerah dalam menciptakan tindakan Ghairu Mahdah dalam kekuasaan dan seluruh denyut nadi kehidupan masyarakat. Tidak cukup bila prestasi Ibadah Mahdah tidak berdayung sambut dengan prestasi Ibada Ghairu Mahdah. Harus ada ketersambungan antara gerakan vertikal dan horizontal yang bersinergi berjalan beriringan, apalagi momentum itu sering di ikuti pesohor kekuasaan Bondowoso. Masyarakat tidak cukup hanya dengan Istighosah, tahlilan dan sholawatan, lebih dari pada itu gerakan tersebut harus termanifesto kedalam peningkatan SDM, pendapatan perkapita dan peningkatan destinasi wisata daerah baik dikota maupun di desa-desa.

Jas Hijau, dua istilah kata yang lagi booming di Bondowoso. Saya Bangga slogan ini, ikon, atau apalah istilahnya, bahwa kota ini hendak menghadirkan spirit ulama’ dalam membangun negeri, sepertinya itu komitmen ulama’-umara’ Bondowoso saat ini untuk membawa kondisi sosial masyarakatnya kepada ranah yang lebih baik dan lebih maju. Niat mulia ini harus dikawal bersama, baik oleh kaum Nahdliyin atau pun kaum-kaum nasionalis di dalam mensukseskan pesta pilkada 2018.

Besar harapan kami sebagai salah satu masyarakat Bondowoso untuk melihat kota ini lebih maju dimasa yang akan datang bersama spirit para ulama’ yang tentunya akan menghadirkan kabupaten Bondowoso yang “Baldhatun Toyyibatun Warabbun Wafur” untuk bangkit dari segala bentuk keterpurukan sehingga menjadi kota syurga yang penuh dengan rerumbunan pepohonan yang dikelilingi Gunung-gunung dan akan membawa rakyatnya sejahtera dan berperadaban..Amin.

Penulis Dasuki Aufklarung Warga Desa Padasan Pujer Bondowoso adalah salah satu Dosen tetap IAIN Jember

Tinggalkan Balasan