OPINI  

MENANAMKAN SEMANGAT PELOPOR BUKAN SEMANGAT PROVOKATOR TERHADAP GENERASI MUDA KEKINIAN

Bondowoso. Opini,kabardaerah.com-Semangat muda saya (penulis) teringat lirik lagu bang haji Roma Irama yang berjudul Darah Muda, “darah muda, darahnya para remaja, yang selalu merasa gagah, tak pernah mau mengalah, masa muda, masa yang berapi-api, yang tak maunya menang sendiri, walau salah tak perduli. Biasanya para remaja berpikirnya sekali saja, tanpa menghiraukan akibatnya”.

Dari rangkaian kalimat lirik lagu bang Haji Roma Irama ini sangat menarik dan tepat sekali dengan kejiwaan seorang pemuda, Saya salut terhadap bang Haji Roma Irama yang telah mengarang lagu yang bisa dihayati di lintas zaman, hingga sekarang lagu ini masih enak di dengar dan maknanya masih sesuai dengan kondisi anak muda sekarang.

Semangat muda secara psikologi, Sri Rumini bersama ahli ilmu psikologi lainnya, mendefinisikan bahwa masa remaja adalah masa dimana terjadi perkembangan secara psikologi. Dimana perkembangan ini mengacu pada aspek kejiwaan (emosi, mental, moral dan kemauan). Dalam ciri ini, seorang remaja akan menunjukkan kemampuan untuk menjadikan orang atau hal lain menjadi bagian dari dirinya. Jika pada sikap kanak-kanak egoisme tinggi, maka pada masa ini cenderung berkurang. Disusul dengan sifat empati yang ia tunjukkan kepada orang lain.

Dalam bahasa sederhananya masa muda atau remaja itu dikatan sebagai masa labil, walaupun ada perubahan dari sifat kanak-kanak menuju sifat pencarian jati diri, maka tidak sedikit kita temukan anak muda cenderung meniru seorang idola dalam bertindak dan bersikap, secara kejiwaan mereka masih belum menemukan jati diri, jadi dalam pencarian jati diri mereka dominan meniru perilaku orang lain, ada yang ingin jadi Super Hero, ada yang ingin jadi ilmuan, ada yang ingin jadi seperti politisi dan lain sebagainya. Intinya pemuda itu belum memiliki kepribadian secara matang, sangat mudah untuk di pengaruhi dan mudah untuk di provokasi.

Memperovokasi anak muda adalah tindakan yang sangat salah, karena memberikan pendidikan yang kurang bagus untuk anak bangsa ke depan, banyak kasus penganten bom yang di lakukan oleh para teroris mereka melakukan provokasi atau penghasutan atau juga di kenal dengan cuci otak agar meraka mau untuk mati syahid dengan iming-iming masuk sorga dan mendapat bidadari yang cantik-cantik, anak muda yang sangat labil tentu akan langsung terpengaruh, kebanyakan anak muda yang bisa di pengaruhi oleh para teroris itu adalah anak muda yang baru mengenal agama di sekolah-sekolah umum, lalu mereka di doktrin dengan istilah jihad (perang bela agama). Itulah kesalahan fatal yang di lakukan oleh kelompok ekstrimis dalam mencetak pemuda saat ini.

Sebuah istilah mengatakan, pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan. Masa depan tidak akan cerah dan Berjaya, jika anak muda tidak dibimbing secara lurus dalam hal kebaikan, mati dengan meledakkan bom itu adalah tindakan konyol dan memutus mata rantai kehidupan generasi muda ke depan, harapan untuk menjadi pemimpin di masa depan akan pupus karena telah mati di masa muda.

Pendidikan karakter adalah sebuah langkah agar kaum muda kekinian memiliki karakter yang bagus dan baik, sehingga harapan akan terciptaya pemimpin di masa depan akan terlaksana dengan mulus.

Dalam mencetak pemimpin masa depan seharusnya dengan menanamkan semangat pelopor bukan semangat provokator, kata Perlopor berarti Orang Yang Berjalan Duluan; yang berjalan di depan tentang perarakan dan sebagainya, bisa juga berarti perintis jalan; pembuka jalan; pionir. Artinya seorang pelopor itu yang memiliki visi dan misi jelas dan terarah, seorang pelopor adalah penggerak pertama dalam medan perjuangan, contohnya seperti KH. Abdurahman Wahid (Gus DUR), beliau di kenal sebagai pelopor dengan gelar guru bangsa, seperti soekarno (bung karno) beliau di kenal dengan proklamator, dan seperti Buya Hamka, beliau di kenal dengan mufassir Indonesia, yang terbaru Dr. Quraish Shihab seorang penulis tafsir Al Misbah, serta masih banyak para perlopor di negeri ini yang bisa menjadi inspirasi kepemimpinan kedepan dalam memperjuangkan bangsa dan Negara meraih kemajuan.
Sebagai antagonis pelopor adalah provokator, Provokator atinya orang yang melakukan provokasi; melakukan penghasutan agar tercipta kekacauan. Secara spesifik kata provokator identik dengan kekacauan, jarang sekali kata provokator disandingkan dengan kalimat yang bersifat positif, misalnya provokator pendididikan atau provokator agama misalnya, itu tidak singkron dari segi kalimat, kata provokator yang sering kita dengar seperti “polisi berhasil menangkap provokator demontrasi” atau “sejumlah pemuda di tangkap polisi, yang di duga sebagai provokator kericuhan”. Artinya jelas provokator adalah kata khusus yang bersifat negative dalam bersosial. Oleh karena itu, perlu saya ulang kalimatnya, dalam membangun Negara ini selayaknya menanamkan semagat pelopor, yaitu semanat kepemimpinan yang inspiratif, yaitu individu yang dapat menciptakan sebuah karya dan berbuat bagi masyarakat luas.

Pemuda memiliki andil besar dalam sejarah kebangkitan bangsa. Maju mundurnya bangsa tergantung pada kondisi para pemudanya. Jika pemudanya memiliki jiwa yang maju, jiwa besar, dan jiwa kepemimpinan, maka bangsa itu akan maju, besar dan mampu memimpin peradaban dunia. Sebaliknya, jika pemudanya menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, apalagi bertentangan dengan nilai-nilai agama, seperti mabuk-mabukan, tawuran, pornografi, dan pornoaksi, maka masa depan bangsa itu akan suram. Maka sangat tepat sekali Komjen Budi Waseso (Buwas) kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) sangat garang memerangi NAROBA, mengingat kondisi bangsa Indonesia sekarang menjadi daya tarik yang sangat memikat dalam peredaran Narkoba, dan Narkoba sangat merusak untuk generasi muda, dan masa depan bangsa akan suram jika para pemudanya menjadi pecandu narkoba.
Sosok pemuda seperti apa yang dapat diharapkan mampu membangun negeri ini? Dalam Al-Quran digambarkan pemuda Ashhabul kahfi, yaitu sekelompok anak muda yang memiliki integritas moral (iman).

”Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi [18]: 13).

Dalam hadits Nabi SAW, disebutkan kalimat, Syabaabaka Qabla Haramika (Masa mudamu sebelum masa tuamu). Dari ayat dan hadits tersebut tampak bahwa masalah kepemudaan oleh Islam sangat ditekankan. Ditekankan karena tidak saja masa muda adalah masa berbekal untuk hari tua, melainkan juga di masa muda itulah segala kekuatan dahsyat terlihat. Dalam sejarah kita mengenal pemuda Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan yang lainnya.

Dukungan serta apresiasi terhadap kaum muda dalam Agama Islam sangat besar demi pembangunan karakter bangsa ke depan, di Indoensia ada kementerian sendiri yang membidangi kepemudaan, yaitu Kementerian Pemuda dan Olagraga atau disingkat (KEMENPORA), sekarang di jabat oleh seorang meteri berusia muda yaitu bapak Imam Nahrawi Ramli kelahiran pulau Madura Jawa Timur. Jadi jelas pemuda itu adalah harapan bangsa dalam mencapai kemajuan bangsa di masa depan, seorang pemuda di harapkan mejadi inspirator dan pelopor kemajuan dan kemakmuran bangsa di masa depan, bukan sebaliknya. Semoga, saya (penulis) juga merupakan kaum muda yang masih dalam medan perjuangan mengabdi untuk bangsa dan Negara ini. Melalui tulisan ini, saya (penulis) mengajak kaum muda Ayo bela Negara dengan semangat muda.

* Profil Penulis : Ayopri Al-jufri
1. Alumni STAIN Jember (IAIN Sekarang)
2. Pembina YAYASAN ISLAM NUSANTARA BERKEMAJUAN,
Sekretariat Dusun Sletreng RT 04 / RW 02, Desa Kupang, Curahdami, Bondowoso
3. Ketua Redaksi Buletin NUSANTARA
4. Anggota ANSOR Bondowoso

Tinggalkan Balasan